Bukan Simulasi Biasa, Negara Ini Resmi Memakai VR untuk Melatih Tentara
![]() |
image: pixabay (https://pixabay.com/en/soldiers-military-usa-weapons-war-1002) |
Risiko pertempuran yang terjadi di medan perang mengilhami para petinggi militer untuk melatih prajuritnya dengan metode yang minim risiko. Namun, apakah mungkin?
Jika Anda up-to-date dengan perkembangan virtual dan augmented reality, hal melatih prajurit dengan minim resiko menjadi mungkin.
Training VR di dunia militer sudah dimulai sejak lama, menggunakan teknologi mutakhir pada zamannya. Berdekade kemudian, para insinyur teknologi berhasil merakit alat simulasi VR untuk membantu prajurit tersebut berperang tanpa takut kecelakaan.
Melalui VR training, partisipan beraksi sebagaimana di medan perang, mulai dari mengadakan misi dan merancang strategi untuk mencapai target misi. Para partisipan ditempatkan dalam ruang khusus simulasi dan mengenakan seragam lengkap dengan senjatanya. Bersama tim, mereka juga berkomunikasi melalui mic yang terintegrasi dengan helm VR.
Presiden Axis Aerospace, Brigadir SC Sharma, mengatakan, “Militer menggunakan VR untuk mempersiapkan segala hal, mulai dari training, meningkatkan keamanan, sampai dengan menganalisis manuver militer dan posisi di medan perang.”
Mau tahu negara mana yang sudah menerapkan VR training di bidang militer? Sebelum itu, ketahui dulu kegunaan VR training di bidang militer berikut ini.
VR Training Bantu Memulihkan Trauma Pascaperang
Rene ter Haar dari Universitas Twente di Belanda, yakin VR training membantu merawat prajurit yang mengalami post-traumatic stress disorder (PTSD), yakni gangguan stress akibat trauma.
Dengan cara virtual, para veteran diperlihatkan situasi yang mirip dengan aslinya. Dengan kata lain, mengekspos pengalaman traumatis melalui medium virtual diharapkan mampu membantu mereka mengatasi trauma. Karena lingkungan yang diperlihatkan pun tak berbahaya, veteran bisa memproses emosi yang muncul saat peristiwa traumatis tersebut sehingga gejala PTSD mereka teratasi.
VR Simulasi Berpotensi Mengajarkan Pentingnya Interaksi Antarmanusia
Dalam militer pun, soft skills yang mencakup interaksi antara sesama manusia tidak dapat dikesampingkan. Haar yakin, kemajuan facial animation dalam VR memungkinkan para prajurit juga belajar komunikasi, kepemimpinan, awareness, dan emosi. Ya, sebab aktivitas militer juga melibatkan kemampuan menjaga ketenangan di lingkungan budaya asing. Soft skills dimaksudkan agar mampu menggali informasi dari warga, membaca isyarat tubuh, dan memahami konsekuensi yang muncul akibat salah memberi instruksi.
Perkembangan Alat Simulasi dalam Militer
Jika ingin mengilas balik asal mula simulator, kita harus kembali ke era Perang Dingin. Saat itu, simulator pesawat sudah dikembangkan untuk melatih penembak udara di darat. Namun, simulator komputer baru marak digunakan per 1980.
Kini, simulator sudah lebih mutakhir menggunakan platform kendali six-degrees-of-freedom dan tempat duduk bergetar agar lebih realistis. Simulator seperti ini diterapkan juga dalam sistem training menembak.
Angkatan Bersenjata AS ingin lebih maju dengan menangani integrasi. Kolonel John Janzewski, Direktur National Simulation Center milik US Army, berencana mengubah sistem simulasi training yang sudah ada. Selama ini, kebanyakan simulasi dilakukan secara individual, tidak ada interaksi antar prajurit sebagaimana pertempuran asli.
Janzewski pun merancang Future Holistic Training Envi``onment Live Synthetic untuk menciptakan sistem live synthetic yang melebur area utama simulasi menjadi satu. Jadi, “Partisipan training bisa berpencar ke berbagai titik untuk latihan secara real-time.”
![]() |
Image: REUTERS/Issei Kato via World Economic Forum (https://www.weforum.org/agenda/2018/04/soldiers-are-training-in-virtual-environments-generated-from-real-cities) |
Angkatan Bersenjata AS sudah menggunakan VR training sejak 2012, tapi Synthetic Training Environment baru dikembangkan agar prajurit yang berlatih mampu menghadapi keadaan sesuai aslinya. Jadi, seketika mereka diturunkan untuk berperang, sudah tahu apa yang harus dilakukan. Bahkan, inovasi ini sudah menyediakan versi virtual Korea Utara, Korea Selatan, San Fransisco, New York, dan Las Vegas. Mereka cukup memilih negara atau wilayah mana kemudian lingkungan virtual menyesuaikan secara otomatis.
Setelah negara Amerika Serikat, negara mana lagi yang akan menerapkan simulasi VR, ya? Nantikan perkembangan dunia VR dan AR di situs Smarteye(dot)id.
--
Referensi:
https://eandt.theiet.org/content/articles/2016/03/vr-in-the-military-and-armed-forces/
https://www.vrs.org.uk/virtual-reality-military/military-history.html
https://www.weforum.org/agenda/2018/04/soldiers-are-training-in-virtual-environments-generated-from-real-cities